tag:blogger.com,1999:blog-567065934296806402023-11-15T09:11:37.281-08:00FAITHFULLharisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-92078528859365125462012-02-16T18:55:00.000-08:002012-02-19T18:00:56.402-08:00BAB NIKAH<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: large;"><b>KITAB NIKAH</b></span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Kitab Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam Oleh Ibnu Hajar Al ‘Ashqalani</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-1</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-2</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: “Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-3</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: “Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat.” Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-4</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits itu mempunyai saksi menurut riwayat Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Hibban dari hadits Ma’qil Ibnu Yasar.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-5</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.” Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-6</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bila mendoakan seseorang yang nikah, beliau bersabda: “Semoga Allah memberkahimu dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-7</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abdullah Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengajari kami khutbah pada suatu hajat: (artinya = Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami. Barangsiapa mendapat hidayah Allah tak ada orang yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, tak ada yang kuasa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya) dan membaca tiga ayat. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan menurut Tirmidzi dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-8</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu melamar perempuan, jika ia bisa memandang bagian tubuhnya yang menarik untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan.” Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-9</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits itu mempunyai saksi dari hadits riwayat Tirmidzi dan Nasa’i dari al-Mughirah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-10</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Begitu pula riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari hadits Muhammad Ibnu Maslamah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-11</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada seseorang yang akan menikahi seorang wanita: “Apakah engkau telah melihatnya?” Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: “Pergi dan lihatlah dia.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-12</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau mengizinkannya.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-13</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Sahal Ibnu Sa’ad al-Sa’idy Radliyallaahu ‘anhu berkata: Ada seorang wanita menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, aku datang untuk menghibahkan diriku pada baginda. Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memandangnya dengan penuh perhatian, kemudian beliau menganggukkan kepalanya. Ketika perempuan itu mengerti bahwa beliau tidak menghendakinya sama sekali, ia duduk. Berdirilah seorang shahabat dan berkata: “Wahai Rasulullah, jika baginda tidak menginginkannya, nikahkanlah aku dengannya. Beliau bersabda: “Apakah engkau mempunyai sesuatu?” Dia menjawab: Demi Allah tidak, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: “Pergilah ke keluargamu, lalu lihatlah, apakah engkau mempunyai sesuatu.” Ia pergi, kemudian kembali dam berkata: Demi Allah, tidak, aku tidak mempunyai sesuatu. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Carilah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi.” Ia pergi, kemudian kembali lagi dan berkata: Demi Allah tidak ada, wahai Rasulullah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi, tetapi ini kainku -Sahal berkata: Ia mempunyai selendang -yang setengah untuknya (perempuan itu). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apa yang engkau akan lakukan dengan kainmu? Jika engkau memakainya, Ia tidak kebagian apa-apa dari kain itu dan jika ia memakainya, engkau tidak kebagian apa-apa.” Lalu orang itu duduk. Setelah duduk lama, ia berdiri. Ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melihatnya berpaling, beliau memerintah untuk memanggilnya. Setelah ia datang, beliau bertanya: “Apakah engkau mempunyai hafalan Qur’an?” Ia menjawab: Aku hafal surat ini dan itu. Beliau bertanya: “Apakah engkau menghafalnya di luar kepala?” Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: “Pergilah, aku telah berikan wanita itu padamu dengan hafalan Qur’an yang engkau miliki.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat: Beliau bersabda padanya: “berangkatlah, aku telah nikahkan ia denganmu dan ajarilah ia al-Qur’an.” Menurut riwayat Bukhari: “Aku serahkan ia kepadamu dengan (maskawin) al-Qur’an yang telah engkau hafal.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-14</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu beliau bersabda: “Surat apa yang engkau hafal?”. Ia menjawab: Surat al-Baqarah dan sesudahnya. Beliau bersabda: “Berdirilah dan ajarkanlah ia dua puluh ayat.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-15</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Amir Ibnu Abdullah Ibnu al-Zubair, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sebarkanlah berita pernikahan.” Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-16</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Burdah Ibnu Abu Musa, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak sah nikah kecuali dengan wali.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Ibnu al-Madiny, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Sebagian menilainya hadits mursal.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-17</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dari Hasan, dari Imran Ibnu al-Hushoin: “Tidak sah nikah kecuali dengan seorang wali dan dua orang saksi.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-18</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perempuan yang nikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batil. Jika sang laki-laki telah mencampurinya, maka ia wajib membayar maskawin untuk kehormatan yang telah dihalalkan darinya, dan jika mereka bertengkar maka penguasa dapat menjadi wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali.” Dikeluarkan oleh Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Uwanah, Ibnu Hibban, dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-19</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diajak berembuk dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan kecuali setelah diminta izinnya.” Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana izinnya? Beliau bersabda: “Ia diam.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-20</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang janda lebih berhak menentukan (pilihan) dirinya daripada walinya dan seorang gadis diajak berembuk, dan tanda izinnya adalah diamnya.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-21</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perempuan tidak boleh menikahkan perempuan lainnya, dan tidak boleh pula menikahkan dirinya.” Riwayat Ibnu Majah dan Daruquthni dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-22</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Nafi’ dari Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang perkawinan syighar. Syighar ialah seseorang menikahkan puterinya kepada orang lain dengan syarat orang itu menikahkan puterinya kepadanya, dan keduanya tidak menggunakan maskawin. Muttafaq Alaihi. Bukhari-Muslim dari jalan lain bersepakat bahwa penafsiran “Syighar” di atas adalah dari ucapan Nafi’.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-23</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seorang gadis menemui Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam lalu bercerita bahwa ayahnya menikahkannya dengan orang yang tidak ia sukai. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memberi hak kepadanya untuk memilih. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Ada yang menilainya hadits mursal.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-24</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Hasan, dari Madlmarah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang perempuan yang dinikahkan oleh dua orang wali, ia milik wali pertama.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan menurut Tirmidzi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-25</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang budak yang menikah tanpa izin dari tuannya atau keluarganya, maka ia dianggap berzina.” Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Ibnu Hibban.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-26</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak boleh dimadu antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ayahnya dan antara seorang perempuan dengan saudara perempuan ibunya.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-27</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Utsman Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan.” Riwayat Muslim. Dalam riwayatnya yang lain: “Dan tidak boleh melamar.” Ibnu Hibban menambahkan: “Dan dilamar.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-28</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menikahi Maimunah ketika beliau sedang ihram. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-29</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim dari Maimunah sendiri: Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menikahinya ketika beliau telah lepas dari ihram.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-30</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Uqbah Ibnu Amir bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan untukmu.” Muttafaq Alaihi</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-31</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Salamah Ibnu Al-Akwa’ berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah memberi kelonggaran untuk nikah mut’ah selama tiga hari pada tahun Authas (tahun penaklukan kota Mekkah), kemudian bleiau melarangnya. Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-32</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ali Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang nikah mut’ah pada waktu perang khaibar. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-33</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ali Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang menikahi perempuan dengan mut’ah dan memakan keledai ngeri pada waktu perang khaibar. Riwayat Imam Tujuh kecuali Abu Dawud.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-34</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Rabi’ Ibnu Saburah, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Aku dahulu telah mengizinkan kalian menikahi perempuan dengan mut’ah dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan cara itu hingga hari kiamat. maka barangsiapa yang masih mempunyai istri dari hasil nikah mut’ah, hendaknya ia membebaskannya dan jangan mengambil apapun yang telah kamu berikan padanya.” Riwayat Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-35</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melaknat muhallil (laki-laki yang menikahi seorang perempuan dengan tujuan agar perempuan itu dibolehkan menikah kembali dengan suaminya) dan muhallal lah (laki-laki yang menyuruh muhallil untuk menikahi bekas istrinya agar istri tersebut dibolehkan untuk dinikahinya lagi).” Riwayat Ahmad, Nasa’i, Dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-36</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dalam masalah ini ada hadits dari Ali yang diriwayatkan oleh Imam Empat kecuali Nasa’i.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-37</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang berzina yang telah dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti dia.” Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-38</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah .ra berkata: ada seseorang mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya. Ternyata suaminya yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka masalah tersebut ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: “Tidak boleh, sampai suami yang terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suami pertama.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-39</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Bangsa Arab itu sama derajatnya satu sama lain dan kaum mawali (bekas hamba yang telah dimerdekakan) sama derajatnya satu sama lain, kecuali tukang tenung dan tukang bekam.” Riwayat Hakim dan dalam sanadnya ada kelemahan karena ada seorang perawi yang tidak diketahui namanya. Hadits munkar menurut Abu Hatim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-40</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits tersebut mempunyai hadits saksi dari riwayat al-Bazzar dari Mu’adz Ibnu Jabal dengan sanad terputus.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-41</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Fatimah Bintu Qais Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Nikahilah Usamah.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-42</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hai Banu Bayadlah, nikahilah Abu Hind, kawinlah dengannya.” Dan ia adalah tukang bekam. Riwayat Abu Dawud dan Hakim dengan sanad yang baik.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-43</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Barirah disuruh memilih untuk melanjutkan kekeluargaan dengan suaminya atau tidak ketika ia merdeka. Muttafaq Alaihi -dalam hadits yang panjang. Menurut riwayat Muslim tentang hadits Barirah: bahwa suaminya adalah seorang budak. Menurut riwayat lain: Suaminya orang merdeka. Namun yang pertama lebih kuat. Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu riwayat Bukhari membenarkan bahwa ia adalah seorang budak.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-44</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Al-Dhahhak Ibnu Fairuz al-Dailamy, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku berkata: wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam sedang aku mempunyai dua istri kakak beradik. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Ceraikanlah salah seorang yang kau kehendaki.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban, Daruquthni, dan Baihaqi. ma’lul menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-45</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Salim, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Ghalian Ibnu Salamah masuk Islam dan ia memiliki sepuluh orang istri yang juga masuk Islam bersamanya. Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyuruhnya untuk memilih empat orang istri di antara mereka. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim, dan ma’lul menurut Bukhari, Abu Zur’ah dan Abu Hatim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-46</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah mengembalikan puteri (angkat) beliau Zainab kepada Abu al-Ash Ibnu Rabi’ setelah enam tahun dengan akad nikah pertama, dan beliau tidak menikahkan lagi. Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Ahmad dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-47</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Amar Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengembalikan puteri beliau Zainab kepada Abu al-Ash dengan akad nikah baru. Tirmidzi berkata: Hadits Ibnu Abbas sanadnya lebih baik, namun yang diamalkan adalah hadits Amar Ibnu Syu’aib.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-48</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Ada seorang wanita masuk Islam, lalu kawin. Kemudian suaminya datang dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah masuk Islam dan ia tahu keislamanku. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mencabutnya dari suaminya yang kedua dan mengembalikan kepada suami yang pertama. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-49</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Zaid Ibnu Ka’ab dari Ujrah, dari ayahnya berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kawin dengan Aliyah dari Banu Ghifar. Setelah ia masuk ke dalam kamar beliau dan menanggalkan pakaiannya, beliau melihat belang putih di pinggulnya. Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Pakailah pakaianmu dan pulanglah ke keluargamu.” Beliau memerintahkan agar ia diberi maskawin. Riwayat Hakim dan dalam sanadnya ada seorang perawi yang tidak dikenal, yaitu Jamil Ibnu Zaid. Hadits ini masih sangat dipertentangkan. Dari Said Ibnu al-Musayyab bahwa Umar Ibnu al-Khaththab Radliyallaahu ‘anhu berkata: Laki-laki manapun yang menikah dengan perempuan dan setelah menggaulinya ia mendapatkan perempuan itu berkudis, gila, atau berpenyakit kusta, maka ia harus membayar maskawin karena telah menyentuhnya dan ia berhak mendapat gantinya dari orang yang menipunya. Riwayat Said Ibnu Manshur, Malik, dan Ibnu Abu Syaibah dengan perawi yang dapat dipercaya. Said juga meriwayatkan hadits serupa dari Ali dengan tambahan: Dan kemaluannya bertanduk, maka suaminya boleh menentukan pilihan, jika ia telah menyentuhnya maka ia wajib membayar maskawin kepadanya untuk menghalalkan kehormatannya. Dari jalan Said Ibnu al-Musayyab juga, ia berkata: Umar Radliyallaahu ‘anhu menetapkan bahwa orang yang mati kemaluannya (impoten) hendaknya ditunda (tidak dicerai) hingga setahun. Perawi-perawinya dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-50</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Terlaknatlah orang yang menggauli istrinya di duburnya.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i, dan lafadznya menurut Nasa’i. Para perawinya dapat dipercaya namun ia dinilai mursal.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-51</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah tidak akan melihat laki-laki yang menyetubuhi seorang laki-laki atau perempuan lewat duburnya.” Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Hibban, namun ia dinilai mauquf.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-52</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, dan hendaklah engkau sekalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebab mereka itu diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya dan jika engkua membiarkannya, ia tetap akan bengkok. Maka hendaklah kalian melaksanakan wasiatku untuk berbuat baik kepada wanita.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari. Menurut riwayat Muslim: “Jika engkau menikmatinya, engkau dapat kenikmatan dengannya yang bengkok, dan jika engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, dan mematahkannya adalah memcerainya.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-53</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Jabir berkata: Kami pernah bersama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dalam suatu peperangan. Ketika kami kembali ke Madinah, kami segera untuk masuk (ke rumah guna menemui keluarga). Maka beliau bersabda: “Bersabarlah sampai engkau memasuki pada waktu malam -yakni waktu isya’- agar wanita-wanita yang kusut dapat bersisir dan wanita-wanita yang ditinggal lama dapat berhias diri.” Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari: “Apabila salah seorang di antara kamu lama menghilang, janganlah ia mengetuk keluarganya pada waktu malam.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-54</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Said al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang paling jelek derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang bersetubuh dengan istrinya, kemudian ia membuka rahasianya.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-55</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hakim Ibnu Muawiyah, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kewajiban seseorang dari kami terhadap istrinya? Beliau menjawab: “Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkan, dan jangan menemani tidur kecuali di dalam rumah.” Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Sebagian hadits itu diriwayatkan Bukhari secara mu’allaq dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-56</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Jabir Ibnu Abdullah berkata: Orang Yahudi beranggapan bahwa seorang laki-laki menyetubuhi istrinya dari duburnya sebagai kemaluannya, maka anaknya akan bermata juling. Lalu turunlah ayat (artinya = istrimu adalah ladang milikmu, maka datangilah ladangmu dari mana engkau suka). Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-57</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seandainya salah seorang di antara kamu ingin menggauli istrinya lalu membaca doa: (artinya = Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau anugerahkan pada kami), mak jika ditakdirkan dari pertemuan keduanya itu menghasilkan anak, setan tidak akan mengganggunya selamanya.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-58</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, tapi ia menolak untuk datang, lalu sang suami marah sepanjang malam, maka para malaikat melaknatnya (sang istri) hingga datang pagi.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-59</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melaknat wanita yang memakai cemara (rambut pasangan) dan yang meminta memakai cemara, dan wanita yang menggambar (mentatto) kulitnya dan minta digambar kulitnya.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-60</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Judzamah Bintu Wahab Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku pernah menyaksikan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam di tengah orang banyak, beliau bersabda: “Aku benar-benar ingin melarang ghilah (menyetubuhi istri pada waktu ia hamil), tapi aku melihat di Romawi dan Parsi orang-orang melakukan ghilah dan hal itu tidak membahayakan anak mereka sama sekali.” Kemudian mereka bertanya kepada beliau tentang ‘azl (menumpahkan sperma di luar rahim). Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Itu adalah pembunuhan terselubung.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-61</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, aku mempunyai seorang budak perempuan, aku melakukan ‘azl padanya karena aku tidak suka ia hamil, namun aku menginginkan sebagaimana yang diinginkan orang kebanyakan. Tapi orang Yahudi mengatakan bahwa perbuatan ‘azl adalah pembunuhan kecil. Beliau bersabda: “Orang Yahudi bohong. Seandainya Allah ingin menciptakan anak (dari persetubuhan itu), engkau tidak akan mampu mengeluarkan air mani dari luar rahim.” Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan Thahawy. Lafadznya menurut Abu Dawud. Para perawinya dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-62</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Jabir berkata: Kami melakukan ‘azl pada zaman Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan al-Qur’an masih diturunkan, jika ia merupakan sesuatu yang dilarang, niscaya al-Qur’an melarangnya pada kami. Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: Hal itu sampai kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau tidak melarangnya pada kami.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-63</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menggilir istri-istrinya dengan sekali mandi. Riwayat Bukhari-Muslim dan lafadznya menurut Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-64</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memerdekakan Shafiyyah dan menjadikan kemerdekaannya sebagai maskawinnya. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-65</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Salamah Ibnu Abdurrahman Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah r.a: Berapakah maskawin Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Ia berkata: Maskawin beliau kepada istrinya ialah dua belas uqiyyah dan nasy. Ia bertanya: Tahukah engkau apa itu nasy? Ia berkata: Aku menjawab: Tidak. ‘Aisyah berkata: Setengah uqiyyah, jadi semuanya lima ratus dirham. Inilah maskawin Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kepada para istrinya. Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-66</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas berkata: Ketika Ali menikah dengan Fathimah, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Berikanlah sesuatu kepadanya.” Ali menjawab: Aku tidak mempunyai apa-apa. Beliau bersabda: “Mana baju besi buatan Huthomiyyah milikmu?”. Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-67</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Amar Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Siapapun perempuan yang menikah dengan maskawin, atau pemberian, atau janji-janji sebelum akad nikah, maka itu semua menjadi miliknya. Adapun pemberian setelah akad nikah, maka ia menjadi milik orang yang diberi, dan orang yang paling layak diberi pemberian ialah puterinya atau saudara perempuannya.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Tirmidzi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-68</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud: Bahwa dia pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang kawin dengan seorang perempuan, ia belum menentukan maskawinnya dan belum menyetubuhinya, hingga laki-laki itu meninggal dunia. Maka Ibnu Mas’ud berkata: Ia berhak mendapat maskawin seperti layaknya perempuan lainnya, tidak kurang dan tidak lebih, ia wajib ber-iddah, dan memperoleh warisan. Muncullah Ma’qil Ibnu Sinan al-Asyja’i dan berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah menetapkan terhadap Bar’wa Bintu Wasyiq -salah seorang perempuan dari kami- seperti apa yang engkau tetapkan. Maka gembiralah Ibnu Mas’ud dengan ucapan tersebut. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan hasan menurut sekelompok ahli hadits.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-69</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa memberi maskawin berupa tepung atau kurma, maka ia telah halal (dengan wanita tersebut).” Riwayat Abu Dawud dan ia memberi isyarat bahwa mauqufnya hadits itu lebih kuat.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-70</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abdullah Amir Ibnu Rabi’ah, dari ayahnya, Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memperbolehkan nikah dengan seorang perempuan dengan (maskawin) dua buah sandal. Hadits shahih riwayat Tirmidzi, dan hal itu masih dipertentangkan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-71</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Sahal Ibnu Saad Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah mengawinkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan dengan maskawin sebuah cincin dari besi. Riwayat Hakim. Ini merupakan potongan dari hadits panjang yang sudah lewat di permulaan bab nikah. Ali Radliyallaahu ‘anhu berkata: Maskawin itu tidak boleh kurang dari sepuluh dirham. Hadits mauquf riwayat Daruquthni dan sanadnya masih diperbincangkan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-72</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Uqbah Ibnu Amir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sebaik-baik maskawin ialah yang paling mudah.” Riwayat Abu Dawud dan dinilai shahih oleh Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-73</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Amrah Bintu al-Jaun berlindung dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam ketika ia dipertemukan dengan beliau -yakni ketika beliau menikahinya-. Beliau bersabda: “Engkau telah berlindung dengan benar.” Lalu beliau menceraikannya dan memerintahkan Usamah untuk memberinya tiga potong pakaian. Riwayat Ibnu Majah. Dalam sanad hadits itu ada seorang perawi yang ditinggalkan ahli hadits.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-74</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Asal cerita tersebut dari kitab Shahih Bukhari dari hadits Abu Said al-Sa’idy.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-75</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: “Apa ini?”. Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: “Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-76</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang di antara kamu diundang ke walimah, hendaknya ia menghadirinya.” Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: “Apabila salah seorang di antara kamu mengundang saudaranya, hendaknya ia memenuhi undangan tersebut, baik itu walimah pengantin atau semisalnya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-77</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sejahat-jahatnya makanan ialah makanan walimah, ia ditolak orang yang datang kepadanya dan mengundang orang yang tidak diundang. Maka barangsiapa tidak memenuhi undangan tersebut, ia telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-78</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang di antara kamu diundang hendaknya ia memenuhi undangan tersebut, jika ia sedang puasa hendaknya ia mendoakan, dan jika ia tidak puasa hendaknya ia makan.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-79</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Muslim juga meriwayatkan hadits serupa dari hadits Jabir, beliau bersabda: “Ia boleh makan atau tidak.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-80</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Makanan walimah pada hari pertama adalah layak, pada hari kedua adalah sunat, dan pada hari ketiga adalah sum’ah (ingin mendapat pujian dan nama baik). Barangsiapa ingin mencari pujian dan nama baik, Allah akan menjelekkan namanya.” Hadits gharib riwayat Tirmidzi. Para perawinya adalah perawi-perawi kitab shahih Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-81</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ada hadits saksi riwayat Ibnu Majah dari Anas.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-82</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Shafiyyah Binti Syaibah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengadakan walimah terhadap sebagian istrinya dengan dua mud sya’ir. Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-83</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Anas berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah berdiam selama tiga malam di daerah antara Khaibar dan Madinah untuk bermalam bersama Shafiyyah (istri baru). Lalu aku mengundang kaum muslimin menghadiri walimahnya. Dalam walimah itu tak ada roti dan daging. Yang ada ialah beliau menyuruh membentangkan tikar kulit. Lalu ia dibentangkan dan di atasnya diletakkan buah kurma, susu kering, dan samin. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-84</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Salah seorang sahabat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam berkata: Apabila dua orang mengundang secara bersamaan, maka penuhilah orang yang paling dekat pintu (rumah)nya. Jika salah seorang di antara mereka mengundang terlebih dahulu, maka penuhilah undangan yang lebih dahulu. Riwayat Abu Dawud dan sanadnya lemah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-85</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Jahnah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Aku tidak makan dengan bersandar.” Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-86</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Umar Ibnu Salamah berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: “Wahai anak muda, bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu dan apa yang ada di sekitarmu.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-87</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam membawa talam berisi roti bercampur kuah. beliau bersabda: “Makanlah dari tepi-tepinya dan jangan makan dari tengahnya karena berkah itu turun di tengahnya.” Riwayat Imam Empat. Lafadznya menurut Nasa’i dan sanadnya shahih.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-88</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau menginginkan sesuatu, beliau memakannya dan jika beliau tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-89</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri sebab setan itu makan dengan tangan kiri.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-90</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Qotadah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kamu minum, janganlah ia bernafas dalam tempat air.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-91</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Dawud meriwayatkan hadits serupa dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu dengan tambahan: “Dan meniup di dalamnya.” Hadits shahih menurut Tirmidzi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-92</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam selalu membagi giliran terhadap para istrinya dengan adil. Beliau bersabda: “Ya Allah, inilah pembagianku sesuai dengan yang aku miliki, maka janganlah Engkau mencela dengan apa yang Engkau miliki dan aku tidak memiliknya.” Riwayat Imam Empat. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim. Tirmidzi lebih menilainya sebagai hadits mursal.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-93</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa memiliki dua orang istri dan ia condong kepada salah satunya, ia akan datang pada hari kiamat dengan tubuh miring.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat, dan sanadnya shahih.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-94</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Anas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Menurut sunnah, apabila seseorang kawin lagi dengan seorang gadis hendaknya ia berdiam dengannya tujuh hari, kemudian membagi giliran; dan apabila ia kawin lagi dengan seorang janda hendaknya ia berdiam dengannya tiga hari, kemudian membagi giliran.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-95</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa ketika Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menikahinya, beliau berdiam dengannya selama tiga hari, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya engkau di depan suamimu bukanlah hina, jika engkau mau aku akan memberimu (giliran) tujuh hari, namun jika aku memberimu tujuh hari, aku juga harus memberi tujuh hari kepada istri-istriku.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-96</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Saudah Binti Zam’ah pernah memberikan hari gilirannya kepada ‘Aisyah. Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memberi giliran kepada ‘Aisyah pada harinya dan pada hari Saudah. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-97</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Urwah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam berkata: Wahai anak saudara perempuanku, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam tidak mengistimewakan sebagian kami atas sebagian yang lain dalam pembagian giliran tinggalnya bersama kami. Pada siang hari beliau berkeliling pada kami semua dan menghampiri setiap istri tanpa menyentuhnya hingga beliau sampai pada istri yang menjadi gilirannya, lalu beliau bermalam padanya. Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, dan lafadznya menurut Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-98</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim bahwa ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Apabila Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sholat Ashar, beliau berkeliling ke istri-istrinya, kemudian menghampiri mereka. Hadits.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-99</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya ketika beliau sakit yang menyebabkan wafatnya: “Dimana giliranku besok?”. Beliau menginginkan hari giliran ‘Aisyah dan istri-istrinya mengizinkan apa yang beliau kehendaki. Maka beliau berdiam di tempat ‘Aisyah. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-100</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bila ingin bepergian, beliau mengundi antara istri-istrinya, maka siapa yang undiannya keluar, beliau keluar bersamanya. Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-101</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abdullah Ibnu Zam’ah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah seseorang di antara kamu memukul istrinya seperti ia memukul budak.” riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-102</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa istri Tsabit Ibnu Qais menghadap Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mencela Tsabit Ibnu Qais, namun aku tidak suka durhaka (kepada suami) setelah masuk Islam. Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apakah engkau mau mengembalikan kebun kepadanya?”. Ia menjawab: Ya. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (kepada Tsabit Ibnu Qais): “Terimalah kebun itu dan ceraikanlah ia sekali talak.” Riwayat Bukhari. Dalam riwayatnya yang lain: Beliau menyuruh untuk menceraikannya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-103</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Abu Dawud dan hadits hasan Tirmidzi: bahwa istri Tsabit Ibnu Qais meminta cerai kepada beliau, lalu beliau menetapkan masa iddahnya satu kali masa haid.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-104</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Ibnu Majah dari Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, r.a: Bahwa Tsabit Ibnu Qais itu jelek rupanya, dan istrinya berkata: Seandainya aku tidak takut murka Allah, jika ia masuk ke kamarku, aku ludahi wajahnya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-105</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Ahmad dari haditsh Sahal Ibnu Abu Hatsmah: Itu adalah permintaan cerai yang pertama dalam Islam.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-106</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah ialah cerai.” Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim. Abu Hatim lebih menilainya hadits mursal.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-107</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar bahwa ia menceraikan istrinya ketika sedang haid pada zaman Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Lalu Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: “Perintahkan agar ia kembali padanya, kemudian menahannya hingga masa suci, lalu masa haid dan suci lagi. Setelah itu bila ia menghendaki, ia boleh menahannya terus menjadi istrinya atau menceraikannya sebelum bersetubuh dengannya. Itu adalah masa iddahnya yang diperintahkan Allah untuk menceraikan Allah untuk menceraikan istri.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-108</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim: “Perintahkan ia agar kembali kepadanya, kemudian menceraikannya ketika masa suci atau hamil.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-109</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Bukhari yang lain: “Dan dianggap sekali talak.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-110</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim, Ibnu Umar berkata (kepada orang yang bertanya kepadanya): Jika engkau mencerainya dengan sekali atau dua kali talak, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyuruhku untuk kembali kepadanya, kemudian aku menahannya hingga sekali masa haid lagi, lalu aku menahannya hingga masa suci, kemudian baru menceraikannya sebelum menyetubuhinya. Jika engkau menceraikannya dengan tiga talak, maka engkau telah durhaka kepada Tuhanmu tentang cara menceraikan istri yang Ia perintahkan kepadamu.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-111</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut suatu riwayat lain bahwa Abdullah Ibnu Umar berkata: Lalu beliau mengembalikan kepadaku dan tidak menganggap apa=apa (talak tersebut). Beliau bersabda: “Bila ia telah suci, ia boleh menceraikannya atau menahannya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-112</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pada masa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan dua tahun masa khalifah Umar talak tiga kali itu dianggap satu. Umar berkata: Sesungguhnya orang-orang tergesa-gesa dalam satu hal yang mestinya mereka harus bersabar. Seandainya kami tetapkan hal itu terhadap mereka, maka ia menjadi ketetapan yang berlaku atas mereka. Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-113</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah diberi tahu tentang seseorang yang mencerai istrinya tiga talak dengan sekali ucapan. Beliau berdiri amat marah dan bersabda: “Apakah ia mempermainkan kitab Allah padahal aku masih berada di antara kamu?”. Sampai seseorang berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, apakah aku harus membunuhnya. Riwayat Nasa’i dan para perawinya dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-114</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Abu Rakanah pernah menceraikan Ummu Rakanah. Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda padanya: “Kembalilah pada istrimu.” Ia berkata: Aku telah menceraikannya tiga talak. Beliau bersabda: “Aku sudah tahu, kembalilah kepadanya.” Riwayat Abu Dawud.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-115</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dalam suatu lafadz riwayat Ahmad: Abu Rakanah menceraikan istrinya dalam satu tempat tiga talak, lalu ia kasihan padanya. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Yang demikian itu satu talak.” Dalam dua sanadnya ada Ibnu Ishaq yang masih dipertentangkan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-116</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Dawud meriwayatkan dari jalan lain yang lebih baik dari hadits tersebut: Bahwa Rakanah menceraikan istrinya, Suhaimah, dengan talak putus (talak tiga). Lalu berkata: Demi Allah, aku tidak memaksudkannya kecuali satu talak. Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengembalikan istrinya kepadanya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-117</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tiga hal yang bila dikatakan dengan sungguh akan jadi dan bila dikatakan dengan main-main akan jadi, yaitu: nikah, talak dan rujuk (kembali ke istri lagi).” Riwayat Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-118</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut Hadits dha’if riwayat Ibnu ‘Adiy dari jalan lain: “Yaitu: talak, memerdekakan budak dan nikah.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-119</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut Hadits marfu’ riwayat Harits Ibnu Abu Usamah dari hadits Ubadah Ibnu al-Shomit r.a: “Tidak dibolehkan main-main dengan tiga hal: talak, nikah dan memerdekakan budak. Barangsiapa mengucapkannya maka jadilah hal-hal itu.” Sanadnya lemah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-120</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mengampuni apa-apa yang tersirat dalam hati umatku selama mereka tidak melakukan atau mengucapkannya.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-121</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengampuni dari umatku kesalahan, kealpaan, apa-apa yang mereka dipaksa melakukannya.” Riwayat Ibnu Majah dan Hakim. Abu Hatim berkata: Hadits itu tidak sah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-122</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas berkata: Apabila seseorang mengharamkan istrinya, maka hal itu tidak apa-apa. Dia berkata: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam suri tauladan yang baik untukmu. Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-123</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Menurut riwayat Muslim dari Ibnu Abbas: Apabila seseorang mengharamkan istrinya, maka itu berarti sumpah yang harus dibayar dengan kafarat.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-124</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa tatkala puteri al-Jaun dimasukkan ke kamar (pengantin) Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau mendekatinya, ia berkata: Aku berlindung kepada Allah darimu. Beliau bersabda: “Engkau telah berlindung kepada Yang Mahaagung, kembalilah kepada keluargamu.” Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-125</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada talak kecuali setelah nikah dan tidak ada pemerdekaan budak kecuali setelah dimiliki.” Riwayat Abu Ya’la dan dinilai shahih oleh Hakim. Hadits ini ma’lul.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-126</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Majah meriwayatkan hadits serupa dari al-Miswar Ibnu Mahrahmah, sanadnya hasan namun ia juga ma’lul.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-127</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Amar Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Tidak sah anak Adam (manusia) bernadzar dengan apa yang bukan miliknya, memerdekakan budak dengan budak yang bukan miliknya, dan menceraikan istri yang bukan miliknya.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Tirmidzi. Menurut Bukhari hadits tersebut adalah yang paling shahih dalam masalah ini.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-128</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Pena diangkat dari tiga orang (malaikat tidak mencatat apa-apa dari tiga orang), yaitu: orang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia berakal normal atau sembuh.” Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Tirmidzi. Hadits shahih menurut Hakim. Ibnu Hibban juga mengeluarkan hadits ini.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-129</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu ‘anhu pernah ditanya tentang orang yang bercerai kemudian rujuk lagi tanpa menghadirkan saksi. Ia berkata: Hadirkanlah saksi untuk mentalaknya dan merujuknya. Riwayat Abu Dawud secara mauquf dan sanadnya shahih.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-130</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Baihaqi meriwayatkan dengan lafadz: Bahwa Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu ‘anhu ditanya tentang seseorang yang merujuk istrinya dan tidak menghadirkan saksi. Ia berkata: Itu tidak mengikuti sunnah, hendaknya ia menghadirkan saksi sekarang. Thabrani menambahkan dalam suatu riwayat: Dan memohon ampunan Allah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-131</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa ketika ia menceraikan istrinya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: “Perintahkanlah dia agar merujuknya kembali.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-132</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersumpah menjauhkan diri dari istri-istrinya dan mengharamkan berkumpul dengan mereka. Lalu beliau menghalalkan hal yang telah diharamkan dan membayar kafarat karena sumpahnya. Riwayat Tirmidzi dan para perawinya dapat dipercaya. Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Jika telah lewat masa empat bulan, berhentilah orang yang bersumpah ila’ hingga ia mentalaknya, dan talak itu tidak akan jatuh sebelum ia sendiri yang mentalaknya. Riwayat Bukhari. Sulaiman Ibnu Yassar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku mendapatkan belasan orang sahabat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, mereka semua menghentikan orang yang bersumpah dengan ila’. Riwayat syafi’i. Ibnu Abbas berkata: masa ila’ orang jahiliyyah dahulu ialah setahun dan dua tahun, lalu Allah menentukan masanya empat bulan, bila kurang dari empat bulan tdak termasuk ila’. Riwayat Baihaqi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-133</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari dia Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang mengucapkan dhihar kepada istrinya, kemudian ia bercampur dengan istrinya. Ia menghadap Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Sungguh aku telah bersetubuh dengannya sebelum membayar kafarat. Beliau bersabda: “Jangan mendekatinya hingga engkau melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadamu.” Riwayat Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan mursal menurut tarjih Nasa’i. Al-Bazzar juga meriwayatkannya dari jalan lain dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu dengan tambahan di dalamnya: “Bayarlah kafarat dan jangan engkau ulangi.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-134</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Salamah Ibnu Shahr Radliyallaahu ‘anhu berkata: Bulan Ramadlan datang dan aku takut berkumpul dengan istriku. Maka aku mengucapkan dhihar kepadanya. Namun tersingkaplah bagian tubuhnya di depanku pada suatu malam, lalu aku berkumpul dengannya. Maka bersabdalah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam kepadaku: “Merdekakanlah seorang budak.” Aku berkata: Aku tidak memiliki kecuali seorang budakku. Beliau bersabda: “Berpuasalah dua bulan berturut-turut.” Aku berkata: Bukankah aku terkena denda ini hanyalah karena berpuasa?. Beliau bersabda: “Berilah makan satu faraq (3 sho’ = 7 kg) kurma kepada enam puluh orang miskin. Riwayat Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-135</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Si fulan bertanya: Dia berkata, wahai Rasulullah, bagaimana menurut pendapat baginda jika ada salah seorang di antara kami mendapati istri dalam suatu kejahatan, apa yang harus diperbuat? Jika ia menceritakan berarti ia telah menceritakan sesuatu yang besar dan jika ia diam berarti ia telah mendiamkan sesuatu yang besar. Namun beliau tidak menjawab. Setelah itu orang tersebut menghadap kembali dan berkata: Sesungguhnya yang telah aku tanyakan pada baginda dahulu telah menimpaku. Lalu Allah menurunkan ayat-ayat dalam surat an-nuur (ayat 6-9). beliau membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya, memberinya nasehat, mengingatkannya dan memberitahukan kepadanya bahwa adzab dunia itu lebih ringan daripada adzab akhirat. Orang itu berkata: Tidak, Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak berbohong. Kemudian beliau memanggil istrinya dan menasehatinya juga. Istri itu berkata: Tidak, Demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, dia (suaminya) itu betul-betul pembohong. Maka beliau mulai memerintahkan laki-laki itu bersumpah empat kali dengan nama Allah, lalu menyuruh istrinya (bersumpah seperti suaminya). Kemudian beliau menceraikan keduanya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-136</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada suami istri yang saling menuduh: “Perhitungan kamu berdua terserah kepada Allah, salah seorang di antara kamu berdua ada yang berbohong, engkau (suami) tidak berhak lagi terhadap (istri).” Sang suami berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan hartaku (maskawin yang telah kubayar)?. Beliau bersabda: “Jika tuduhanmu benar terhadapnya, maka ia telah menghalalkan kehormatannya untukmu; dan jika engkau berdusta, maka maskawinmu itu menjadi semakin jauh darimu.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-137</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Perhatikanlah dia. Jika ia melahirkan anak berkulit putih dan berambut lurus, anak itu dari suaminya. Jika ia melahirkan anak bercelak mata dan berambut keriting, anak itu dari orang yang dituduh suaminya.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-138</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menyuruh seseorang untuk meletakkan tangannya di mulutnya pada kali yang kelima dan bersabda: “Yang kelima itu yang menentukan.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Para perawinya dapat dipercaya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-139</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Sahal Ibnu Saad Radliyallaahu ‘anhu tentang kisah suami-istri yang saling menuduh. Ia berkata: Ketika keduanya telah selesai saling menuduh, sang suami berkata: Aku bohong wahai Rasulullah jika aku menahannya. Lalu menceraikan istrinya tiga talak sebelum diperintahkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-140</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Sesungguhnya istriku tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya. Beliau bersabda: “Asingkanlah dia.” Ia berkata: Aku takut perasaanku mengikutinya. Beliau bersabda: “Bersenang-senanglah dengannya.” Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan al-Bazzar. Para perawinya dapat dipercaya. Nasa’i meriwayatkan dari jalan lain dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu dengan lafadz: Beliau bersabda: “Ceraikanlah dia.” Ia berkata: Aku tidak tahan (berpisah) dengannya. Beliau bersabda: “Tahanlah dia.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-141</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda -ketika turun ayat tentang orang yang saling menuduh-: “Siapapun wanita yang memasukkan laki-laki yang bukan dari golongannya, ia tidak berharga sedikitpun di sisi Allah dan tidak akan memasukkannya dalam surga-Nya. Dan siapapun laki-laki yang tidak mengaku anaknya -padahal ia tahu bahwa itu anaknya- Allah akan menutup rahmat darinya dan mempermalukannya di hadapan pemimpin orang-orang terdahulu dan yang akan datang.” Riwayat Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban. Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Barangsiapa mengaku anaknya walaupun sekejap mata, maka tiada hak baginya untuk mencabutnya.” Riwayat Baihaqi. Ia hadits hasan mauquf.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-142</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, istriku telah melahirkan seorang anak yang hitam. Beliau bersabda: “Apakah engkau mempunyai unta?”. Ia menjawab: Ya. Beliau bertanya: “Apakah warnanya?” Ia menjawab: Kemerahan. Beliau bertanya: “Adakah yang berwarna abu-abu?” Ia menjawab: Ya. Beliau bertanya: “Dari mana bisa begitu?” Ia menjawab: Mungkin ditarik keturunannya. Beliau bersabda: “Barangkali anakmu ini ditarik keturunannya dahulu.” Muttafaq Alaihi. Dalam riwayat Muslim: Dia menginginkan tidak mengakuinya. Di akhir hadits ini dikatakan: Beliau tidak mengizinkan orang itu mengingkari anaknya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-143</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari al-Miswar Ibnu Makhramah bahwa Subai’ah al-Aslamiyyah Radliyallaahu ‘anhu melahirkan anak setelah kematian suaminya beberapa malam. Lalu ia menemui Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam meminta izin untuk menikah. Beliau mengizinkannya, kemudian ia nikah. Riwayat Bukhari dan asalnya dalam shahih Bukhari-Muslim. Dalam suatu lafadz: Dia melahirkan setelah empat puluh malam sejak kematian suaminya. Dalam suatu lafadz riwayat Muslim bahwa Zuhry berkata: Aku berpendapat tidak apa-apa seorang laki-laki menikahinya meskipun darah nifasnya masih keluar, hanya saja suaminya tidak boleh menyentuhnya sebelum ia suci.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-144</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Barirah diperintahkan untuk menghitung masa iddah tiga kali haid. Riwayat Ibnu Majah dan para perawinya dapat dipercaya, namun hadits tersebut ma’lul.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-145</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Sya’by dari Fathimah Ibnu Qais Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda -tentang perempuan yang ditalak tiga-: “Dia tidak mendapat hak tempat tinggal dan nafkah.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-146</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah seorang perempuan berkabung atas kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya ia boleh berkabung empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri kecuali kain ‘ashob, tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan wangi-wangian, kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund dan adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan untuk membersihkan bekas haidnya).” Muttafaq Alaihi dan lafadhnya menurut Muslim. Menurut riwayat Abu Dawud dan Nasa’i ada tambahan: “Tidak boleh menggunakan pacar.” Menurut riwayat Nasa’i: “Dan tidak menyisir.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-147</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku menggunakan jadam di mataku setelah kematian Abu Salamah. Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “(Jadam) itu mempercantik wajah, maka janganlah memakainya kecuali pada malam hari dan hapuslah pada siang hari, jangan menyisir dengan minyak atau dengan pacar rambut, karena yang demikian itu termasuk celupan (semiran). Aku bertanya: Dengan apa aku menyisir?. Beliau bersabda: “Dengan bidara.” Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Sanadnya hasan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-148</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa seorang perempuan bertanya: Wahai Rasulullah, anak perempuanku telah ditinggal mati suaminya, dan matanya telah benat-benar sakit. Bolehkah kami memberinya celak?. Beliau bersabda: “Tidak.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-149</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Jabir Radliyallaahu ‘anhu berkata: Saudara perempuan ibuku telah cerai dan ia ingin memotong pohon kurmanya, namun ada seseorang melarangnya keluar rumah. Lalu ia menemui Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: “Boleh, potonglah kurmamu, sebab engkau mungkin bisa bersedekah atau berbuat kebaikan (dengan kurma itu). Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-150</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Furai’ah Binti Malik bahwa suaminya keluar untuk mencari budak-budak miliknya, lalu mereka membunuhnya. Kemudian aku meminta kepada Rasululah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam agar aku boleh pulang ke keluargaku, sebab suamiku tidak meninggalkan rumah miliknya dan nafkah untukku. Beliau bersabda: “Ya.” Ketika aku sedang berada di dalam kamar, beliau memanggilku dan bersabda: “Tinggallah di rumahku hingga masa iddah.” Ia berkata: Aku beriddah di dalam rumah selama empat bulan sepuluh hari. Ia berkata: Setelah itu Utsman juga menetapkan seperti itu. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi, Duhaly, Ibnu Hibban, Hakim dan lain-lain.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-151</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Fathimah Binti Qais berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, suamiku telah mentalakku dengan tiga talak, aku takut ada orang mendatangiku. Maka beliau menyuruhnya pindah dan ia kemudian pindah. Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-152</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Amar Ibnul al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu berkata: Janganlah engkau campur-baurkan sunnah Nabi pada kita. Masa iddah Ummul Walad (budak perempuan yang memperoleh anak dari majikannya) jika ditinggal mati suaminya ialah empat bulan sepuluh hari. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Hadits shahih menurut Hakim dan Daruquthni menilainya munqothi’. ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: (Arti) quru’ itu tidak lain adalah suci. Riwayat Malik dalam suatu kisah dengan sanad shahih.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-153</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Talak budak perempuan ialah dua kali dan masa iddahnya dua kali haid. Riwayat Daruquthni dengan marfu’ dan iapun menilainya dha’if.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-154</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan dari hadits ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu dan dinilainya shahih oleh Hakim. Namun para ahli hadits menentangnya dan mereka sepakat bahwa ia hadits dha’if.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-155</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ruwaifi’ Ibnu Tsabit Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya pada tanaman orang lain.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan hasan menurut al-Bazzar. Dari Umar Radliyallaahu ‘anhu tentang seorang istri yang ditinggal suaminya tanpa berita: Ia menunggu empat tahun dan menghitung iddahnya empat bulan sepuluh hari. Riwayat Malik dan Syafi’i.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-156</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari al-Mughirah Ibnu Syu’bah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Istri yang ditinggal suaminya tanpa berita tetap menjadi istrinya (suami yang pergi itu) hingga datang kepadanya berita.” Dikeluarkan Daruquthni dengan sanad lemah.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-157</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Janganlah sekali-kali seorang laki-laki bermalam di rumah seorang perempuan kecuali ia kawin atau sebagai mahram.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-158</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jangan sekali-kali seorang laki-laki menyepi bersama seorang perempuan kecuali bersama mahramnya.” Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-159</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Said Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda tentang tawanan wanita Authas: “Tidak boleh bercampur dengan wanita yang hamil hingga ia melahirkan dan wanita yang tidak hamil hingga datang haidnya sekali.” Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-160</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ada hadits saksi riwayat Daruquthni dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-161</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Anak itu milik tempat tidur (suami) dan bagi yang berzina dirajam.” Muttafaq Alaihi dari haditsnya.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-162</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Demikian juga hadits riwayat Nasa’i dari ‘Aisyah dalam suatu kisah dari Ibnu Mas’ud dan riwayat Abu Dawud dari Utsman.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-163 Idem Hadits ke-164 Idem Hadits ke-165</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sekali dan dua kali isapan itu tidak mengharamkan.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-166</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “(Wahai kaum wanita) lihatlah saudara-saudaramu (sepenyusuan), sebab penyusuan itu hanyalah karena lapar.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-167</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Sahlan Binti Suhail datang dan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Salim, budak kecil yang telah dimerdekakan Abu Hudzaifah, tinggal bersama kami di rumah kami, padahal ia sudah dewasa. Beliau bersabda: “Susuilah dia agar engkau menjadi haram dengannya.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-168</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa suatu ketika Aflah -saudara Abu Qu’ais- datang meminta izin untuk bertemu dengannya setelah ada perintah hijab. ‘Aisyah berkata: Aku tidak mengizinkannya. Ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam datang aku beritahukan apa yang telah aku lakukan. Lalu beliau menyuruhku untuk mengizinkannya seraya bersabda: “Sesungguhnya dia itu pamanmu (sepenyusuan).” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-169</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Yang diharamkan al-Qur’an ialah sepuluh penyusuan yang dikenal, kemudian di hapus dengan lima penyusuan tertentu dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam wafat ketika keadaan masih tetap sebagaimana ayat al-Qur’an yang dibaca. Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-170</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia mengizinkan agar Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menikahi puteri Hamzah. Beliau bersabda: “Dia itu tidak halal untukku. Dia adalah puteri saudaraku sepenyusuan dan apa yang diharamkan karena nasab (keturunan) juga diharamkan karena penyusuan.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-171</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak haram karena penyusuan kecuali yang membekas di perut, yaitu sebelum anak disapih.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurutnya dan Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-172</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Tidak ada penyusuan kecuali dalam dua tahun. Hadits marfu’ dan mauquf riwayat Daruquthni dan Ibnu ‘Adiy. Namun mereka lebih menilainya mauquf.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-173</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Mas’udr.a bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada penyusuan kecuali yang menguatkan tulang dan menumbuhkan daging.” Riwayat Abu Dawud.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-174</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Uqbah Ibnu al-Harits bahwa ia telah menikah dengan Ummu Yahya Binti Abu Ihab, lalu datanglah seorang perempuan dan berkata: Aku telah menyusui engkau berdua. Kemudian ia bertanya kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: “Bagaimana lagi, sudah ada orang yang mengatakannya.” Lalu Uqbah menceraikannya dan wanita itu kawin dengan laki-laki lainnya. Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-175</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ziyad al-Sahmy bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang menyusukan kepada perempuan-perempuan bodoh. Riwayat Abu Dawud. Hadits tersebut mursal sebab ziyad bukan termasuk sahabat.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-176</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan masuk menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, sungguh Abu Sufyan adalah orang yang pelit. Ia tidak memberiku nafkah yang cukup untukku dan anak-anakku kecuali aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah yang demikian itu aku berdosa? Beliau bersabda: “Ambillah dari hartanya yang cukup untukmu dan anak-anakmu dengan baik.” Muttafaq Alaihi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-177</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Thariq al-Muharib Radliyallaahu ‘anhu berkata Ketika kami datang ke Madinah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam berdiri di atas mimbar berkhutbah di hadapan orang-orang. Beliau bersabda: “Tangan pemberi adalah yang paling tinggi dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu: ibumu dan ayahmu, saudara perempuan dan laki-laki, lalu orang yang dekat denganmu dan yang lebih dekat denganmu.” Riwayat Nasa’i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Daruquthni.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-178</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hamba yang dimiliki wajib diberi makan dan pakaian, dan tidak dibebani pekerjaan kecuali yang ia mampu.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-179</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hakim Ibnu Muawiyah al-Qusyairy, dari ayahnya, berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang di antara kami? Beliau menjawab: “Engkau memberinya makan jika engkau makan dan engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian.” Hadits yang telah tercantum dalam Bab bergaul dengan istri.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-180</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir Radliyallaahu ‘anhu dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam -dalam sebuah hadits tentang haji yang panjang- beliau bersabda tentang istri: “Engkau wajib memberi mereka rizqi dan pakaian yang baik.” Riwayat Muslim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-181</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Cukup berdosa orang yang membiarkan orang yang wajib diberi makan.” Riwayat Nasa’i. Dalam lafadz riwayat Muslim: “Ia menahan memberi makan terhadap orang yang ia miliki.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-182</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Jabir -hadits marfu’- tentang wanita hamil yang ditinggal mati suaminya, ia berkata: Tidak ada nafkah baginya. Riwayat Baihaqi dan para perawinya dapat dipercaya, tapi ia mengatakan bahwa yang terpelihara hadits itu mauquf.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-183</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Tidak ada kewajiban memberi nafkah ini juga terdapat dalam hadits Fathimah Binti Qais riwayat Muslim, seperti yang telah lewat.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-184</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, hendaklah seseorang di antara kamu mulai (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi tanggungannya. PAra istri akan berkata: “Berikan aku makan atau ceraikan aku.” Riwayat Daruquthni dan sanadnya hasan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-185</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Said Ibnu al-Musayyab tentang orang yang tidak mampu memberi nafkah istrinya, ia berkata: Mereka diceraikan. Riwayat Said Ibnu Manshur dari Sufyan dari Abu al-Zanad, ia berkata: Aku bertanya kepada Said Ibnu al-Musayyab, apakah itu sunnah? Dia berkata: Ya, sunnah. Hadits ini mursal yang kuat. Dari Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa ia menulis surat kepada komandan militer tentang orang-orang yang meninggalkan istri mereka: yaitu agar mereka menuntut dari para suami agar memberi nafkah atau menceraikan. Apabila mereka menceraikan, hendaklah mereka memberi nafkah selama mereka dahulu tidak ada. Dikeluarkan oleh Syafi’i kemudian Baihaqi dengan sanad hasan.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-186</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Ada seseorang datang kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu dinar?. Beliau bersabda: “Nafkahilah dirimu sendiri.” Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda: “Nafkahi anakmu.” Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda: “Nafkahi istrimu.” Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda: “Nafkahi pembantumu.” Ia berkata lagi: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda: “Engkau lebih tahu (siapa yang harus diberi nafkah).” Riwayat Syafi’i dan Abu Dawud dengan lafadz menurut Abu Dawud. Nasa’i dan Hakim juga meriwayatkan dengan mendahulukan istri daripada anak.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-187</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-188</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abdullah Ibnu Amar bahwa ada seorang perempuan berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya anakku ini perutkulah yang mengandungnya, susuku yang memberinya minum, dan pangkuanku yang melindunginya. Namun ayahnya yang menceraikanku ingin merebutnya dariku. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: “Engkau lebih berhak terhadapnya selama engkau belum nikah.” Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-189</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa seorang perempuan berkata: Wahai Rasulullah, suamiku ingin pergi membawa anakku, padahal ia berguna untukku dan mengambilkan air dari sumur Abu ‘Inabah untukku. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai anak laki, ini ayahmu dan ini ibumu, peganglah tangan siapa dari yang engkau kehendaki.” Lalu ia memegang tangan ibunya dan ia membawanya pergi. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-190</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Rafi’ Ibnu Sinan Radliyallaahu ‘anhu bahwa ia masuk Islam namun istrinya menolak untuk masuk Islam. Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mendudukkan sang ibu di sebuah sudut, sang ayah di sudut lain, dan sang anak beliau dudukkan di antara keduanya. Lalu anak itu cenderung mengikuti ibunya. Maka beliau berdoa: “Ya Allah, berilah ia hidayah.” Kemudian ia cenderung mengikuti ayahnya, lalu ia mengambilnya. Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-191</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari al-Barra’ Ibnu ‘Azb bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam telah memutuskan puteri Hamzah agar dipelihara saudara perempuan ibunya. Beliau bersabda: “Saudara perempuan ibu (bibi) kedudukannya sama dengan ibu.” Riwayat Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-192</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Ahmad juga meriwayatkan dari hadits Ali r.a, beliau bersabda: “Anak perempuan itu dipelihara oleh saudara perempuan ibunya karena sesungguhnya ia adalah ibunya.”</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-193</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam </b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>bersabda: “Apabila pelayan salah seorang di antara kamu datang membawa makanannya, maka jika tidak diajak duduk bersamanya, hendaknya diambilkan sesuap atau dua suap untuknya.” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari.</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Hadits ke-194</b></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Dari Ibnu Umar bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang ia kurung hingga ia mati, lalu ia masuk neraka. Ia tidak memberinya makan dan minum padahal ia mengurungnya. Ia tidak melepaskannya agar makan binatang serangga di tanah.” Muttafaq Alaihi.</b></div>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-74381466474653398102012-01-31T19:27:00.000-08:002012-01-31T19:37:41.648-08:00RPP MENGINSTAL TV<span class="fullpost"><br />
</span><br />
<div style="text-align: center;"><span class="fullpost">PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">DINAS PENDIDIKAN</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">SMK NEGERI 1 BENDO</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">Jl. Raya Kec. Bendo Telp./Fax. 0351 439660</span></div><span class="fullpost"><br />
</span><br />
<div style="text-align: center;"><span class="fullpost">RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">( RPP )</span></div><span class="fullpost"><br />
<br />
Mata Pelajaran : Produktif <br />
Kelas / semester : XII AV/5<br />
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit<br />
Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem Penerima TV <br />
Kompetensi Dasar : Menginstal TV <br />
Indikator : </span><br />
<span class="fullpost"><br />
A. Kognitif<br />
1. Produk<br />
a. Mengidentifikasi bagian bagian peralatan TV<br />
b. Menjelaskan tempat dan susunan peralatan tv dalam merangkai\<br />
2. Proses<br />
a. Memasang / merangkai antena<br />
b. Memasang kabel dan booster tv<br />
c. Menghubungkan kabel dari antena kebooster lalu TV<br />
<br />
B. Psikomotor:<br />
1. Menyetel atau mencari sinyal yang baik untuk TV<br />
2. Memprogram chanel TV sesuai dengan frekuensi dari TV broadcash<br />
3. Memprogram kualitas gambar dari TV : Kontras, Colour, sound.<br />
<br />
C. Afektif<br />
1. Perilaku berkarakter.<br />
Jujur, percaya diri, peduli, tanggung jawab, dan mendengarkan pendapat teman<br />
2. Ketrampilan sosial<br />
Bertanya, mengajukan usulan ide, menjadi pendengar yang baik, mampu bekerjasama, dan </span><br />
<span class="fullpost"> komunikatif<br />
<br />
I.Tujuan Pembelajaran<br />
1. Siswa mampu memasang dan merangkai antena UHF dan VHF..<br />
2. Siswa dapat memasang booster dari entena ke TV<br />
3. Siswa dapat menyetel dan mencari program TV sesuai dengan frekuensi dan chanel TV<br />
4. Siswa dapat memprogram kualitas gambar dari TV.<br />
<br />
II. Nilai Karakter<br />
1. Perilaku berkarakter<br />
Selama proses belajar mengajar siswa diamati perilaku karakternya dan terdapat </span><br />
<span class="fullpost"> perkambangan karakternya meliputi :<br />
a. Jujur<br />
Dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar siswa berlaku jujur tidak merekayasa hasil </span><br />
<span class="fullpost"> belajar.<br />
b. Percaya diri<br />
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa berpendirian teguh, tidak mudah terpengaruh </span><br />
<span class="fullpost"> oleh temanya dan yakin pada kemampuanya sendiri<br />
c. Peduli </span><br />
<span class="fullpost"> Dalam kegiatan belajar mengajar siswa mempunyai rasa memiliki merawat dan menjaga </span><br />
<span class="fullpost"> semua bahan dan alat di sekolah<br />
d. Tanggung jawab. </span><br />
<span class="fullpost"> Siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pelajaran yang diikutinya<br />
e. Mendengarkan pendapat teman.<br />
Siswa bersedia menerima masukan – masukan yang positif dari temannya saat pelajaran<br />
<br />
2. Ketrampilan sosial<br />
Selama proses belajar mengajar siswa diamati perilaku karakternya dan terdapat perkembangan <br />
Ketrampilan sosialnya meliputi:<br />
<br />
a. Bertanya<br />
Siswa mampu mengajukan pertanyaan yang berkualitas sesuai dengan permasalahan </span><br />
<span class="fullpost"> yang di hadapi.<br />
b. Berpendapat <br />
Siswa mampu mengungkapkan pendapat dan ide yang baik setelah mendapatkan materi </span><br />
<span class="fullpost"> pelajaran<br />
c. Pendengar yang baik<br />
Siswa dapat memberikan kesempatan kepada temannya dan mendengarkan dengan </span><br />
<span class="fullpost"> seksama ketika ada temannya mengeluarkan pendapat<br />
d. Komunikasi<br />
Ketika menemukan permasalahan yang sulit siswa dapat berkomunikasi dengan jalan </span><br />
<span class="fullpost"> berdiskusi untuk mendapatkan jalan yang terbaik.<br />
e. Kerjasama. </span><br />
<span class="fullpost"> Siswa dapat saling kerjsa sama dengan teman temannya<br />
<br />
III. Materi Ajar<br />
1. Peralatan TV: booster, antena dan TV komposit<br />
2. Merangkain dan menginstal pealatan TV<br />
<br />
<br />
IV. Metode Pembelajaran<br />
1. Pemberian informasi dan penjelasan kepada siswa<br />
2. Kerja kelompok<br />
<br />
V. Langkah-langkah Pembelajaran<br />
A. Kegiatan Awal<br />
1. Pembukaan <br />
2. Mengulang kembali pelajaran yang telah lalu<br />
3. Menjelaskan cara-cara menginstal dan merangkai masing-masing peralatan TV dan </span><br />
<span class="fullpost"> posisinya<br />
B. Kegiatan Inti<br />
1. Menjelaskan satu persatu peralatan TV: Booster, Antena dan TV komposit.<br />
2. Membuat kelompok kerja perkelompok 4 orang.<br />
3. Tiap kelompok diberi tugas untuk menginstal peralatan Tv <br />
4. Memprogram TV sampai Televisi siap di tonton oleh pemirsa. <br />
<br />
C. Kegiatan Akhir<br />
1. Siswa melaporkan hasil pekerjaannya<br />
2. Siswa dari perwakilan kelompok mengutarakan kesimpulan <br />
3. Guru memberikan simpulan akhir terhadap semua hasil kerja siswa<br />
4. Penutup <br />
<br />
VI. Alat / Bahan / Sumber Belajar<br />
1. Alat<br />
Obeng, solder dan Avometer<br />
<br />
2. Bahan<br />
- TV. <br />
- Booster<br />
- Kabel Antena<br />
<br />
<br />
3. Sumber Belajar<br />
1. Modul sistem penerima TV<br />
2. Buku memperbaiki sistem penerima TV.<br />
<br />
VII. Evaluasi<br />
<br />
1. Soal<br />
a. Jelaskan Fungsi Booster<br />
b. Rangkailah Antena dengan baik dan benar!<br />
c. Pasangkan semua peralatan diatas dengan benar!<br />
d. Programlah TV yang sudah terangkai peralatannya pada semua program TV yang </span><br />
<span class="fullpost"> ada<br />
e. Programlah warna, cerah dan kualitas sinyalnya.<br />
2. Jawaban<br />
<br />
3. Pedoman Penilaian<br />
a. Skor untuk soal no a. Total nilai = 20<br />
b. Skor untuk soal no b. Total nilai = 20<br />
c. Skor untuk soal no c. Total nilai = 20<br />
d. skor untuk soal no d. Total nilai = 20<br />
e. skor untuk soal no e. Total nilai = 20<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mengetahui Magetan, Juli 2011<br />
Kepala Sekolah Guru Mata Diklat<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Drs. S. EKO SOEPRAJITNO, M.Pd HARI SUTRISNO. S.Pd<br />
Pembina Tk. I Nip. 19720228 201101 1 001 <br />
NIP. 19630622 199403 1 008 </span>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-23330220294928629732011-12-23T18:32:00.000-08:002011-12-23T18:32:50.608-08:00rpp memperbaiki sistem penerima tv<div style="text-align: center;"><span class="fullpost">PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost"> </span>DINAS PENDIDIKAN</div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">SMK NEGERI 1 BENDO</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">Jl. Raya Kec. Bendo Telp./Fax. 0351 439660</span></div><span class="fullpost"><br />
</span><br />
<div style="text-align: center;"><span class="fullpost">RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost">( RPP )</span></div><span class="fullpost"><br />
<br />
Mata Pelajaran : Produktif <br />
Kelas / semester : XII AV/5<br />
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit<br />
Standar Kompetensi : Memperbaiki Sistem Penerima TV <br />
Kompetensi Dasar : Menginstal TV <br />
Indikator : <br />
</span><br />
<span class="fullpost">A. Kognitif<br />
</span><br />
<span class="fullpost"> 1. Produk<br />
a. Mengidentifikasi bagian bagian peralatan TV<br />
b. Menjelaskan tempat dan susunan peralatan tv dalam merangkai\<br />
</span><br />
<span class="fullpost"> 2. Proses<br />
a. Memasang / merangkai antena<br />
b. Memasang kabel dan booster tv<br />
c. Menghubungkan kabel dari antena kebooster lalu TV<br />
</span><br />
<span class="fullpost">B. Psikomotor:<br />
1. Menyetel atau mencari sinyal yang baik untuk TV<br />
2. Memprogram chanel TV sesuai dengan frekuensi dari TV broadcash<br />
3. Memprogram kualitas gambar dari TV : Kontras, Colour, sound.<br />
<br />
<br />
C. Afektif<br />
1. Perilaku berkarakter.<br />
Jujur, percaya diri, peduli, tanggung jawab, dan mendengarkan pendapat teman<br />
2. Ketrampilan sosial<br />
Bertanya, mengajukan usulan ide, menjadi pendengar yang baik, mampu bekerjasama, </span><br />
<span class="fullpost"> dan komunikatif<br />
<br />
I.Tujuan Pembelajaran<br />
1. Siswa mampu memasang dan merangkai antena UHF dan VHF..<br />
2. Siswa dapat memasang booster dari entena ke TV<br />
3. Siswa dapat menyetel dan mencari program TV sesuai dengan frekuensi dan chanel TV<br />
4. Siswa dapat memprogram kualitas gambar dari TV.</span><br />
<span class="fullpost">II. Nilai Karakter<br />
1. Perilaku berkarakter<br />
Selama proses belajar mengajar siswa diamati perilaku karakternya dan terdapat </span><br />
<span class="fullpost"> perkambangan karakternya meliputi :<br />
a. Jujur<br />
Dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar siswa berlaku jujur tidak merekayasa hasil </span><br />
<span class="fullpost"> belajar.<br />
<br />
b. Percaya diri<br />
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa berpendirian teguh, tidak mudah terpengaruh </span><br />
<span class="fullpost"> oleh temanya dan yakin pada kemampuanya sendiri<br />
</span><br />
<span class="fullpost"> c. Peduli <br />
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa mempunyai rasa memiliki merawat dan menjaga </span><br />
<span class="fullpost"> semua bahan dan alat di sekolah<br />
</span><br />
<span class="fullpost"> d. Tanggung jawab.<br />
Siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan pelajaran yang diikutinya<br />
</span><br />
<span class="fullpost"> e. Mendengarkan pendapat teman.<br />
Siswa bersedia menerima masukan – masukan yang positif dari temannya saat pelajaran<br />
<br />
2. Ketrampilan sosial<br />
Selama proses belajar mengajar siswa diamati perilaku karakternya dan terdapat </span><br />
<span class="fullpost"> perkembangan <br />
Ketrampilan sosialnya meliputi:<br />
<br />
a. Bertanya<br />
Siswa mampu mengajukan pertanyaan yang berkualitas sesuai dengan permasalahan </span><br />
<span class="fullpost"> yang di hadapi.<br />
b. Berpendapat <br />
Siswa mampu mengungkapkan pendapat dan ide yang baik setelah mendapatkan materi </span><br />
<span class="fullpost"> pelajaran<br />
c. Pendengar yang baik<br />
Siswa dapat memberikan kesempatan kepada temannya dan mendengarkan dengan </span><br />
<span class="fullpost"> seksama ketika ada temannya mengeluarkan pendapat<br />
d. Komunikasi<br />
Ketika menemukan permasalahan yang sulit siswa dapat berkomunikasi dengan jalan </span><br />
<span class="fullpost"> berdiskusi untuk mendapatkan jalan yang terbaik.<br />
e. Kerjasama.<br />
Siswa dapat saling kerjsa sama dengan teman temannya<br />
<br />
III. Materi Ajar<br />
1. Peralatan TV: booster, antena dan TV komposit<br />
2. Merangkain dan menginstal pealatan TV<br />
<br />
<br />
IV. Metode Pembelajaran<br />
1. Pemberian informasi dan penjelasan kepada siswa<br />
2. Kerja kelompok<br />
<br />
V. Langkah-langkah Pembelajaran<br />
A. Kegiatan Awal<br />
1. Pembukaan <br />
2. Mengulang kembali pelajaran yang telah lalu<br />
3. Menjelaskan cara-cara menginstal dan merangkai masing-masing peralatan TV dan </span><br />
<span class="fullpost"> posisinya<br />
B. Kegiatan Inti<br />
1. Menjelaskan satu persatu peralatan TV: Booster, Antena dan TV komposit.<br />
2. Membuat kelompok kerja perkelompok 4 orang.<br />
3. Tiap kelompok diberi tugas untuk menginstal peralatan Tv <br />
4. Memprogram TV sampai Televisi siap di tonton oleh pemirsa. <br />
<br />
C. Kegiatan Akhir<br />
1. Siswa melaporkan hasil pekerjaannya<br />
2. Siswa dari perwakilan kelompok mengutarakan kesimpulan <br />
3. Guru memberikan simpulan akhir terhadap semua hasil kerja siswa<br />
4. Penutup <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
VI. Alat / Bahan / Sumber Belajar<br />
1. Alat<br />
Obeng, solder dan Avometer<br />
<br />
2. Bahan<br />
- TV. <br />
- Booster<br />
- Kabel Antena<br />
<br />
<br />
3. Sumber Belajar<br />
1. Modul sistem penerima TV<br />
2. Buku memperbaiki sistem penerima TV.<br />
<br />
<br />
VII. Evaluasi<br />
<br />
1. Soal<br />
a. Jelaskan Fungsi Booster<br />
b. Rangkailah Antena dengan baik dan benar!<br />
c. Pasangkan semua peralatan diatas dengan benar!<br />
d. Programlah TV yang sudah terangkai peralatannya pada semua program TV yang ada<br />
e. Programlah warna, cerah dan kualitas sinyalnya.<br />
<br />
2. Jawaban<br />
<br />
3. Pedoman Penilaian<br />
a. Skor untuk soal no a. Total nilai = 20<br />
b. Skor untuk soal no b. Total nilai = 20<br />
c. Skor untuk soal no c. Total nilai = 20<br />
d. skor untuk soal no d. Total nilai = 20<br />
e. skor untuk soal no e. Total nilai = 20<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Mengetahui Magetan, Juli 2011<br />
Kepala Sekolah Guru Mata Diklat<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Drs. S. EKO SOEPRAJITNO, M.Pd HARI SUTRISNO. S.Pd<br />
Nip. 19720228 201101 1 001 <br />
NIP. 19630622 199403 1 008 </span>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-61297214699355312372011-08-17T17:19:00.000-07:002011-08-17T17:19:58.078-07:00CARA MASUKNYA SETAN KEDALAM HATI MANUSIA<div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="color: lime;">CARA MASUKNYA SETAN KEDALAM HATI MANUSIA</span></div><span class="fullpost"><br />
Alloh ta'ala menyebutkan dalam Al Qur'an mengenai syaiton bukan main banyaknya, dan diulangi selalu dalam beberapa surat Al Qur'an hal ini bertujuan untuk memperingatkan umat manusia betapa bahaya dan hebatnya godaan dan rayuan syaiton ini untuk menggelincirkan umat manusia dalam kehancuran. Karena itu manusia harus mengambil perhatian yang sungguh sungguh terhadap serangan syaiton ini.<br />
<br />
Syaiton nyata nyata pandai menyelundup masuk dalam hati manusia, mereka menunggu lengah dan terbukanya pintu hati manusia. Ketika hati kita lengah dan kurang waspada maka dengan leluasa syaiton akan bebas masuk kedalam tubuh kita. Jika syaiton sudah masuk dalam hati kita, pengaruh jahatnya akan mempengaruhi perbuatan kita. kita akan dengan mudah diajak untuk melaksanakan perbuatan yang melanggar agama, berbuat kefasikan dan kemunkaran.<br />
<br />
oleh karena itu kita harus tahu dan waspada pintu - pintu mana saja yang menjadi jalan tol bagi syaiton untuk masuk kedalam tubuh manusia. Jalan atau pintu masuk setan kedalam tubuh manusia adalah sebagai berikut:<br />
<br />
1. lemah jiwa<br />
<br />
2. Putus harapan <br />
<br />
3. Putus asa<br />
<br />
4. Angkuh<br />
<br />
5. Gembira tak terbatas<br />
<br />
6. Ujub ( heran pada diri sendiri )<br />
<br />
7. Bermegah-megahan,<br />
<br />
8. Aniaya<br />
<br />
9. Curang<br />
<br />
10. Ingkar pada kebenaran<br />
<br />
11. Tidak tahu terimakasih<br />
<br />
12. Tergesa-gesa<br />
<br />
13. Sempit d<br />
<br />
14. Kurang panjang akal<br />
<br />
15. sukar berbuat baik<br />
<br />
16. Bakhil pada harta<br />
<br />
17. Loba /tamak<br />
<br />
18. Pembantah<br />
<br />
19. Pamer<br />
<br />
20. Bimbang Pada kebenaran<br />
<br />
21. Ragu ragu pada petunjuk baik<br />
<br />
22. bodoh<br />
<br />
23. lalai pada kekurangan diri <br />
<br />
24. Suka keras diwaktu berbantah/berdebat<br />
<br />
25. Tertipu perasaan diri sendiri / GR<br />
<br />
26. Berpura-pura<br />
<br />
27. gelisah<br />
<br />
28. Keluh kesah<br />
<br />
29. Enggan membantu<br />
<br />
30. lari dari kebenaran<br />
<br />
31. Menentang kekuasaan tuhan <br />
<br />
32. Durhaka kepada bapak dan ibu<br />
<br />
33. Melampaui batas<br />
<br />
34. Terpesona oleh kaduniaan<br />
<br />
35. Cinta harta <br />
<br />
<br />
Itulah penyakit penyakit hati dan jiwa dan dengan melalui lubang lubang itulah syaiton memasukkan jarum berbisanya kedalam batin manusia, agar hancurlah segi-segi kehidupan lalu digoyahkan usahanya yang semula ditunjukkan kearah keutamaan dan kemuliaan kemudian dibelokkan kearah yang merupakan perlawanannya,<br />
<br />
Untuk itu kita harus mempersiapkan diri menutup pintu - pintu yang digunakan syaiton masuk kedalam hati dan jiwa kita dengan jalan menghilangkan semua sifat - sifat seperti diatas dalam hati kita. Hanya dengan itulah kita bisa selamat dari belitan belitan syaiton. sehingga kita bisa dengan mudah melaksanakan ibadah dengan terbebas dari godaan syaito dalam hati kita.</span>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-28499468785754673472011-08-15T20:44:00.000-07:002011-08-15T20:44:39.794-07:00PERLINDUNGAN DIRI DENGAN AYAT KURSI<span class="fullpost"><br style="background-color: #f1c232; color: yellow;" /><br />
Orang dalam mengarungi hidup didunia pasti mengalami berbagai macam peristiwa. Ada yang sesuai dan cocok dengan fikiran dan nafsu kita, tetapi tidak jarang dan bahkan sering kita menjumpai segala sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sebagai manusia kita harus yakin bahwa semua itu adalah datangnya dari Alloh, dan apa yang berasal dari Alloh itu mesti baik adanya.<br />
<br />
Dalam mensikapi semua yang menimpa dirinya manusia ada bermacam- macam cara. <br />
<br />
1. ada yang cerdas dan bijaksana. <br />
<br />
Berkeyakinan bahwa semua itu adalah ujian bagi kita. sudah hal yang biasa bagi umat manusia bahwa hidup itu tidak selamanya enak terus, kadang kadang juga ada ketidaknyamanan dalam hidup kita. orang dengan tipe seperti ini menganggap semua hal yang menimpa dirinya bukan suatu permasalahan. Tetapi hanyalah fase-fase perjalanan hidupnya, dan itu harus dilalui. Dengan demikian dia menjalani kehidupan ini dengan mudah, tanpa beban apapun. Mereka berkeyakinan bahwa hidup ini sudah berjalan dan sudah jadi kita sebagai manusia tinggal menjalani saja.<br />
<br />
2. Ada manusia yang masa bodoh<br />
<br />
Mereka menjalani kehidupan ini dengan apatis, mengalir begitu saja tidak ada program sama sekali. Dan bahkan mereka tidak mempunyai persiapan apapun, wis yoben aku orang nggagas, opo jare sing ngecat lombok<br />
Untuk menghadapi kehidupan di dunia yang sangat berat dan panjang ini. Alloh telah menurunkan ayat Alqur'an yang berisi pedoman dan petunjuk kepada manusia, agar dalam menjalankan kehidupan didunia ini tentram dan aman.<br />
<br />
Berikut ini manfaat ayat kursi yang bisa diterapkan untuk perlindungan diri manusia.<br />
<br />
1. Ayat kursi untuk perlindungan diri, anak istri dan harta kita.<br />
<br />
caranya.<br />
- sebelum tidur kita harus mengambil air wudhu<br />
- Setelah itu kita lakukan sholat hajat dan taubat bisa dua rokaat.<br />
- dilanjutkan membaca Al Qur'an minimal 10 ayat <br />
- setelah itu kita bersiap untuk membaca ayat kursi <br />
- 1 kali untuk keselamatan diri kita<br />
- 1 kali untuk kesalamata anak dan istri kita<br />
- 1 kali untuk keselamatan harta kita.<br />
<br />
bisa ditambah lebih banyak lagi jumlah ayat kursinya, <br />
untuk lebih afdoln ini dilakukan setiap hari menjelang tidur, dengan istiqomah kita akan aman.<br />
<br />
2. Ayat kursi untuk benteng rumah dari pencuri.<br />
<br />
cerita .....<br />
Ada teman saya datang kerumah, dengan wajah gelisah dia mengungkapkan semua keluh kesahnya, bahwa dirumahnya tidak aman, sering terjadi pencurian. Mulai barang yang kecil sampai barang yang besar. pencurian dilakukan siang hari. naruh barang sedikit lengah langsung hilang. terus piye nek ngene terus pak hari. <br />
kemudian teman saya tadi saya kasih air do'a.saya suruh dia pulang dengan beberapa hal yang harus dilakun diantaranya:<br />
<br />
- Berdiri di sudut sebalah kanan rumah depan dengan membaca ayat kursi 7 khataman, setiap khataman diludahkan ke tanah yang ada di sudut tersebut.<br />
- Setelah selesai berjalan ke sudut rumah kiri dengan sambil membaca ayat kursi. sampai di sudut kiri membaca 7 kali ayat kursi dengan cara yang sama <br />
- Demikian pula sudut - sudut rumah bagian belakang, semuanya dibacakan seperti itu sampai selesai.<br />
- Setelah selesai di ulangi lagi tetapi dengan mencipratkan air doa tadi kesudut sudut rumah bagian luar <br />
dan selesai. </span>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-83496559355880427672011-08-09T20:20:00.000-07:002011-08-09T20:20:10.719-07:00CEPAT KAYA YANG ISLAM ( SUNNAH )<div style="color: blue; text-align: center;"><i>CEPAT KAYA YANG ISLAM ( SUNNAH )</i></div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Islam adalah agama yang lengkap, mengatur semua hubungan antara manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Hubungan itu diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada ketimpangan disegala lini. Ini adalah Agama yang paling lengkap didunia, memuat segala hal mulai dari yang paling keci dan sepele sampai kepada hal yang komplek dan super besar. Mulai dari yang setingkat atom dan molekul sampai galaksi dan super galaksi diatur dan ada dalam agama Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikian pula dalam hal mencari rezeki. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mencari rezeki yang seluas - luasnya dengan syarat rejeki yang didapat harus berasal dan bersifat halalan toyyibah. Halal dan Baik. Dua syarat ini menjadi syarat mutlak adanya dalam islam untuk mencari rezeki.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diharapkan dengan rezeki yang halal dan baik, ketika masuk kedalam tubuh kita akan mengakibatkan kesehatan dan kemudahan kita dalam menjalankan kehidupan didunia dan akherat. Rezeqi yang halal dan baik akan membuat tubuh kita mudah digunakan untuk beribadah kepada Alloh.</div><div style="text-align: justify;">Demikian berlaku sebaliknya, ketika rezeqi yang masuk kedalam tubuh kita adalah tidak halal dan tidak baik maka tubuh untuk dibawah ibadah akan susah dan sulit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal mencari rezeqi, manusia menempuh bermacam - macam jalan dan cara, baik itu jalan baik dan jalan buruk. Hanya mereka yang hatinya masih ada cahaya terangan saja yang sedikit berhati hati dalam menempuh jalan mencari rezqi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kebalikan dari itu ada manusia yang mencari rezeqi melalui jalan hitam, lari kedukun dengan diberi beberapa bungkusan yang berisi barang barang yang dalam hukum agama sangat bertentangan/ mendekati syrik. meraka mengadakan upacara - upacara pengorbanan, mendatangi pohon-pohon dan membakar kemenyan, yang semua itu merupakan bentuk pengorbanan kepada selain Alloh. dan itu haram hukumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Islam telah mengatur umatnya agar mereka dapat mencari rezeqi dengan halal, baik, barokah dan banyak. Dengan tidak keluar dari sendi agama apalagi untuk sampai ke tingkat syirik. Ini dimaksudkan agar disamping umat islam dapat hidup didunia ini dengan tidak kekurangan, mereka akan dengan mudah untuk masuk kesurga. Karena Islam telah membatasi bahwa orang yang dalam hatinya ada kesyirikan walaupun sangat kecil haram masuk surga.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa cara atau amalan untuk membuat kita cepat untuk mendapatkan harta tetapi tetap dalam koridor islam yaitu Sebagai berikut:</div><br />
<br />
1.Kondisikan hati dan pikiran dengan keyakinan bahwa Rezeqi itu merupakan haknya Alloh. dengan kata lain bahwa semua yang datang kepada kita berupa kebaikan ( Rezeqi ) berasal dari Alloh.<br />
<br />
<br />
2. Yakinkan bahwa Rezeqi yang menjadi hak kita tidak mungkin diraih atau direbut oleh orang lain. Dan jika suatu rezeki itu bukan merupakan hak kita, meskipun kita mati - matian untuk merebutnya tidak akan menjadi milik kita. Diharapkan dengan berprinsip seperti ini hati kita akan menjadi tenang, tidak panas hati ketika melihati orang lain mendapat rezeqi, kita kembalikan lagi bahwa rezeqi itu sudah menjadi haknya dari Alloh.<br />
<br />
<br />
3. Tanamkan dalam hati bahwa yang menguasai gudang kekayaan adalah alloh. sehingga kita sangat pantas untuk meminta hanya kepada Alloh.<br />
<br />
<br />
4. Usahakan selalu dalam Keadaan Tidak batal wudhu. dengan demikian malaikat akan selalu menyalami kita atau memberi salam kepada kita<br />
<br />
<br />
5. Lakukan Sholat Dhuha 6 Raka'at setiap hari sebelum melakukan usaha.<br />
<br />
<br />
6. Kerjakanlah Sholat Lima Waktu secara berjamaah tanpa pernah katinggalan, karena salah satu khasiat sholat berjamaah dimasjid lima waktu adalah kita akan mendapatkan barokahnya rezeqi.<br />
<br />
<br />
7. Selalulah dalam hati kita beristiqhfar kepada Alloh setelah selesai sholat fardu sebanyak 5 ratus kali.<br />
<br />
8. Do'a kepada Alloh meminta supaya diberi rezeqi yang baik dan barokah<br />
<br />
insyaalloh jika dilakukan secara istoqomah , terus menerus, sabar dan tidak putus asa akan didengar oleh Alloh.<br />
<br />
<br />
silahkan mencoba!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
<br />
Alloh bersama Anda!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
Dan Alloh Jangan dilupakan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-35529272223494475932011-08-09T20:11:00.000-07:002011-08-09T20:11:49.816-07:00CEPAT KAYA YANG ISLAMI (SUNNAH)<span class="fullpost"></span><br />
CEPAT KAYA YANG ISLAM ( SUNNAH )<br />
<br />
<br />
Islam adalah agama yang lengkap, mengatur semua hubungan antara manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Hubungan itu diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada ketimpangan disegala lini. Ini adalah Agama yang paling lengkap didunia, memuat segala hal mulai dari yang paling keci dan sepele sampai kepada hal yang komplek dan super besar. Mulai dari yang setingkat atom dan molekul sampai galaksi dan super galaksi diatur dan ada dalam agama Islam.<br />
<br />
Demikian pula dalam hal mencari rezeki. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mencari rezeki yang seluas - luasnya dengan syarat rejeki yang didapat harus berasal dan bersifat halalan toyyibah. Halal dan Baik. Dua syarat ini menjadi syarat mutlak adanya dalam islam untuk mencari rezeki.<br />
<br />
Diharapkan dengan rezeki yang halal dan baik, ketika masuk kedalam tubuh kita akan mengakibatkan kesehatan dan kemudahan kita dalam menjalankan kehidupan didunia dan akherat. Rezeqi yang halal dan baik akan membuat tubuh kita mudah digunakan untuk beribadah kepada Alloh.<br />
Demikian berlaku sebaliknya, ketika rezeqi yang masuk kedalam tubuh kita adalah tidak halal dan tidak baik maka tubuh untuk dibawah ibadah akan susah dan sulit.<br />
<br />
Dalam hal mencari rezeqi, manusia menempuh bermacam - macam jalan dan cara, baik itu jalan baik dan jalan buruk. Hanya mereka yang hatinya masih ada cahaya terangan saja yang sedikit berhati hati dalam menempuh jalan mencari rezqi. <br />
<br />
Kebalikan dari itu ada manusia yang mencari rezeqi melalui jalan hitam, lari kedukun dengan diberi beberapa bungkusan yang berisi barang barang yang dalam hukum agama sangat bertentangan/ mendekati syrik. meraka mengadakan upacara - upacara pengorbanan, mendatangi pohon-pohon dan membakar kemenyan, yang semua itu merupakan bentuk pengorbanan kepada selain Alloh. dan itu haram hukumnya.<br />
<br />
Islam telah mengatur umatnya agar mereka dapat mencari rezeqi dengan halal, baik, barokah dan banyak. Dengan tidak keluar dari sendi agama apalagi untuk sampai ke tingkat syirik. Ini dimaksudkan agar disamping umat islam dapat hidup didunia ini dengan tidak kekurangan, mereka akan dengan mudah untuk masuk kesurga. Karena Islam telah membatasi bahwa orang yang dalam hatinya ada kesyirikan walaupun sangat kecil haram masuk surga.<br />
<br />
<br />
Ada beberapa cara atau amalan untuk membuat kita cepat untuk mendapatkan harta tetapi tetap dalam koridor islam yaitu Sebagai berikut:<br />
<br />
1.Kondisikan hati dan pikiran dengan keyakinan bahwa Rezeqi itu merupakan haknya Alloh. dengan kata lain bahwa semua yang datang kepada kita berupa kebaikan ( Rezeqi ) berasal dari Alloh.<br />
<br />
<br />
2. Yakinkan bahwa Rezeqi yang menjadi hak kita tidak mungkin diraih atau direbut oleh orang lain. Dan jika suatu rezeki itu bukan merupakan hak kita, meskipun kita mati - matian untuk merebutnya tidak akan menjadi milik kita. Diharapkan dengan berprinsip seperti ini hati kita akan menjadi tenang, tidak panas hati ketika melihati orang lain mendapat rezeqi, kita kembalikan lagi bahwa rezeqi itu sudah menjadi haknya dari Alloh.<br />
<br />
<br />
3. Tanamkan dalam hati bahwa yang menguasai gudang kekayaan adalah alloh. sehingga kita sangat pantas untuk meminta hanya kepada Alloh.<br />
<br />
<br />
4. Usahakan selalu dalam Keadaan Tidak batal wudhu. dengan demikian malaikat akan selalu menyalami kita atau memberi salam kepada kita<br />
<br />
<br />
5. Lakukan Sholat Dhuha 6 Raka'at setiap hari sebelum melakukan usaha.<br />
<br />
<br />
6. Kerjakanlah Sholat Lima Waktu secara berjamaah tanpa pernah katinggalan, karena salah satu khasiat sholat berjamaah dimasjid lima waktu adalah kita akan mendapatkan barokahnya rezeqi.<br />
<br />
<br />
7. Selalulah dalam hati kita beristiqhfar kepada Alloh setelah selesai sholat fardu sebanyak 5 ratus kali.<br />
<br />
8. Do'a minta kepada Alloh diberi Rezeqi yang halal banyak, baik dan barokah tidak ada kekurangan sedikitpun<br />
<br />
<br />
<br />
insyaalloh jika dilakukan secara istoqomah , terus menerus, sabar dan tidak putus asa akan didengar oleh Alloh.<br />
<br />
<br />
silahkan mencoba!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
<br />
Alloh bersama Anda!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
Dan Alloh Jangan dilupakan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!<br />
<br />
harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-64549639447151834192011-08-08T20:12:00.000-07:002011-08-08T20:12:22.294-07:00kopjokjopAlloh telah menjadikan teladan dalam diri Nabi Muhammad SAW, bahwa apa yang tampak secara <br />
<br />
fisik dan phsikis semuanya merupakan contoh yang terbaik bagi umat manusia. Al qur'an telah <br />
<br />
menyebutkan bahwa dalam diri rosululloh terdapat uswah khasanah, contoh dan teladan yang baik. <br />
<br />
Siapa saja yang mengiblatkan diri pada peri kehidupan rosululloh, mencontoh semua yang dilakukan <br />
<br />
oleh rosululloh muhammad SAW, mengambil semua kegiatan yang dilakukan dan meninggalkan semua yang <br />
<br />
tidak pernah dilakukan oleh Beliau, maka kesuksesan akan dia raih baik dalam kehidupan di dunia <br />
<br />
maupun kehidupan di akhirat kelak.<br />
<span class="fullpost"><br />
Keadaan fisik Nabi Muhammad SAW adalah keadaan fisik terbaik dari seluruh manusia di alam <br />
<br />
ini, beliau ketika berjalan cepat, menundukkan pandangan, wajahnya seperti bulan purnama, tidak <br />
<br />
ada satu sahabatpun yang mampu menatap wajah dari rosulullah. Bahkan sahabat besar seperti Abu <br />
<br />
Bakar, Umar Utsman dan Ali pun tidak kuasa memandang wajah beliau. Jika beliau Rosulullah berkata <br />
<br />
semua sahabat akan berkumpul mengitari beliau mendengarkan dengan seksama, cermat dan konsentrasi <br />
<br />
tinggi. Tidak ada yang bersuara sedikitpun. Apa yang menjadi perintahnya akan dilaksanakan dengan <br />
<br />
segera dan tanpa banyak pertanyaan. Seandainya Rosululloh menginginkan untuk memindahkan sebuah <br />
<br />
gunung maka dalam detik itupun para sahabat akan dengan senang hati siap sedia untuk <br />
<br />
melaksanakannya.<br />
<br />
Apa yang menjadi ucapan rosululloh mengenai agama bukan berasal dari diri rosululloh, <br />
<br />
tetapi berasal dari perintah Alloh. jadi semua yang ada dalam diri Rosululloh adan yang terbaik, <br />
</span>harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-18240679373446296902011-08-04T18:09:00.000-07:002011-08-08T20:25:08.074-07:00Cerdas Berfikir ala Islam<div style="text-align: justify;">Alloh adalah dzat yang menciptakan semua alam ini. Semua yang ada dibumi dan angkasa semuanya ciptaan Alloh. Bahkan sampai ke galaksi-galaksi yang jumlahnya sangat banyak juga merupakan ciptaan Alloh. Semua yang diciptakan oleh Alloh adalah makhluk. Dan yang namanya<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makhluk"> <span style="color: red;">makhluk</span></a><span style="color: red;"> </span> semuanya sangat bergantung kepada Alloh. Semua makhluk diciptakan oleh Alloh, dan juga dipelihara oleh Alloh, manusia, hewan dan alam semesta ini ada atas kehendak Alloh, dan juga dipelihara oleh Alloh dengan pemeliharaan yang terus menerus. Penjagaan Alloh atas alam ini tidak pernah dilepaskan walau sedetik pun. </div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"></span><br />
Perbandinganya adalah jika ada seseorang disuruh berdiri memegang gelas dengan syarat gelas tersebut tidak boleh pecah, maka dia harus mati matian menjaga gelas tersebut dengan sungguh – sungguh bahkan dia harus terjaga terus tidak boleh tidur sekejapun. Jika dia tertidur sekejap saja maka dengan secara otomatis gelas itu akan jatuh. Demikianlah Alloh dalam memelihara alam semesta ini tidak dihinggapi rasa kantuk walaupun sekejap saja. Rasa kantuk dan lelah hanya dirasakan oleh makhluk, dan Alloh terbebas dari sifat – sifat yang dimiliki oleh makhluk. Jika dalam memelihara alam yang begitu luas dan kompleks ini Alloh dihinggapi rasa lelah dan ngantuk, maka hancur leburlah semuanya. Laata’huduhusinatu wwalanaum tidak dihinggapi rasa kantuk dan tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Demikian juga kita manusia, kita ada bukan kehendak kita, tapi kita ada karena dikehendaki Alloh untuk ada didunia ini, keberadaan kita murni karena keinginan Alloh swt. Manusia tidak tahu dan bahkan buta terhadap keadaan dunia yang ditinggalinya. Sebagai gambaran kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi satu hari kedepan, bahkan kita tidak tahu kejadian apa yang akan menimpa kita satu jam didepan kita. Sebagai contoh jika kita akan pergi kesuatu tempat maka kita tidak mengetahui kita akan berjumpa dengan siapa saja ketika kita dijalan. Semua diatur oleh dzat yang maha mengatur yaitu Alloh swt. Jadi hakekatnya keadaan alam dan dunia ini sejatinya bagi manusia adalah gelap gulita, ilmu pengetahuan tentang dunia bagi manusia sangat gelap gulita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Alloh adalah dzat yang maha pengasih dan penyayang. Agar manusia dalam menjalani hidup didunia ini nikmat, tidak tersesat, dan selamat,maka Alloh telah memberi petunjuk dan penerang dalam gelapnya kehidupan dunia. Yaitu dengan diutusnya nabi Muhammad Saw kedunia ini. Adalah tidak lain dan tidak bukan merupakan mercusuar bagi manusia agar dalam menjalani kehidupan didunia ini tidak tersesat jalan. Dengan mencontoh peri kehidupan dan tingkah laku nabi Muhammad ini maka manusian akan menjadi insan kamil atau makhluk sempurna. Baik didunia maupun diakhirat kelak...</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i style="color: blue;">bersambung...... </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
harisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-56706593429680640.post-50782855091456985202011-07-18T17:55:00.001-07:002011-07-18T17:55:40.324-07:00umur duniadunia sementara akhirat selamanyaharisutrisnohttp://www.blogger.com/profile/14658881996215576886noreply@blogger.com0